Baru sebulan saya mulai petisi setelah banjir besar di Bengkulu. Sekarang, berkat suara 50 ribu orang yang menandatangani petisinya, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyahada akhirnya merespon dan bertindak. Saya nggak akan lupa. Jumat, tanggal 26 April, hujan nggak berhenti dari jam 2 siang. Perasaan saya sudah nggak enak. Saya kasih tau istri dan mertua saya untuk jaga-jaga. Besoknya, jam setengah 6 pagi, rumah saya kebanjiran. Istri dan mertua saya pun terpaksa ngungsi. Penasaran lihat dampak banjirnya, saya terbangkan drone di ketinggian 300 meter. Gila kaget banget, hampir setengah Bengkulu terendam! 24 orang meninggal karena banjir. Ribuan rumah terendam, dan milyaran kerugian. Kita semua mungkin tau penyebabnya. Hutan dan area resapan air untuk tahan air hujan udah jadi galian batu bara. Ada 8 izin tambang batubara di hulu sungai Bengkulu. Luasnya ada 21.694 hektar, atau 42% dari total DAS Bengkulu. Kemarin saya baca berita di antaranews, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah minta akademisi untuk evaluasi kinerja dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) tambang batubara itu. Meskipun tambangnya belum ditutup, kemajuan ini harus kita apresiasi. Ayo bantu saya untuk terus suarakan ke Gubernur Bengkulu, kita semua ingin tambang batubara yang sebabkan banjir besar di Bengkulu segera ditutup dan lahannya direhabilitasi. Dengan dukungan besar masyarakat melalui petisi ini, saya yakin Gubernur Bengkulu akan mendengarkan kita. Biar setiap hujan, gak banjir besar lagi. Di Bengkulu, dan di tempat lainnya. Salam, Edy Prayekno |
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda